Kamis, 07 Februari 2013

KOMUNIKASI BERGERAK

 Komunikasi bergerak didefinisikan sebagai komunikasi antara dua terminal dimana salah satu atau keduanya berpindah tempat. Dalam hal ini perpindahan yang dimaksud terjadi pada sistem komunikasi radio yang tidak menggunakan kabel sebagai media transmisi (wireless). Sifat dari sistem komunikasi bergerak ini adalah kemampuan dari pelanggan untuk dapat bergerak bebas didalam wilayah pelayanan dan dapat terus berkomunikasi terus tanpa terjadi pemutusan hubungan. Pada sistem ini, setiap pesawat bergerak dianggap sama seperti pesawat telepon biasa yang mempunyai nomor sendiri. Sistem ini tidak hanya melakukan panggilan didalam suatu wilayah tertentu tetapi juga harus dapat berhubungan dengan pesawat lain yang ada di wilayah lain di seluruh dunia.

Konsep Sistem Komunikasi Bergerak
Ditinjau dari segi daerah jangkauan (coverage), maka sistem telekomunikasi bergerak dapat dibedakan menjadi sistem analog dan sistem digital. Pada sistem analog Base Station Control (BSC) melayani wilayah yang luas dan keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal switching, charging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya yaitu :
- Kemampuan pelayanan terbatas, sehingga daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selain itu area pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena tidak memiliki fasilitas handover dan harus melakukan pemanggilan ulang.
- Unjuk kerja pelayanan kurang baik karena jumlah kanalnya sedikit sehingga jumlah pelanggan terbatas.
- Tidak efisien dalam penggunaan frekuensi karena tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang dialokasikan pada setiap cell akan kecil.
Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan sistem komunikasi bergerak analog ini, diciptakan sistem digital, dimana dalam sistem ini daerah pelayanan dibagi menjadi beberapa wilayah pelayanan yang lebih kecil yang disebut cell. Cell adalah area cakupan (coverage area) dari Radio Base Station. Dimana cell menunjukkan cakupan sinyal dan juga cell digunakan untuk mempermudah penggambaran pada layout perencanaan. Setiap cell dilayani oleh sebuah Base Transceiver Station (BTS), dan satu BTS dengan BTS dari masing-masing cell saling berhubungan dan dikendalikan oleh Base Station Control (BSC).
Prinsip dasar dari arsitektur sistem digital adalah :
1. Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan daerah cakupan yang kecil.
2. Menggunakan prinsip pengulangan frekuensi.
3. Pemecahan cell pada cell yang padat dengan pelanggan.
Gambar dibawah ini menunjukkan model umum dari suatu jaringan seluler :
                         sumber gambar : http://ismailkarim86.wordpress.com/category/umum/page/2/

Dalam sistem komunikasi bergerak daerah penerima atau daerah layanan keseluruhan dibagi menjadi beberapa cell. Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibanding dengan sistem analog, yaitu :
a. Kapasitas pelanggan besar karena setiap pembawa tentunya mempunyai lebar band tertentu satu kanal. Dalam sistem GSM kanal pembawa merupakan kombinasi dari Frequency Division Multiple Access (FDMA) dan Time Division Multiple Access (TDMA) sehingga mempunyai kanal yang lebih banyak dibanding dengan sistem analog yang hanya menggunakan sistem FDMA, juga dengan diberlakukanya sistem pengulangan frekuensi, maka alokasi frekuensi pembawa dalam cell-cell semakin menambah kapasitas kemampuan pelanggan.
b. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip pengulangan frekuensi. Konsep pengulangan frekuensi merupakan pengalokasian ulang suatu frekuensi pembawa pada cell setelah mencapai jarak pisah tertentu, dengan efisiensi pita frekuensi kapasitas akan semakin besar.
c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau trafik karena cell dapat dipecah. Apabila suatu area dengan luas cakupan tertentu telah mencapai tingkat kepadatan yang tinggi, maka masalah ini dapat diatasi salah satunya dengan pemecahan cell, yang mana proses pemecahan cell ini merupakan proses menambah atau mengganti cell semula dengan cell- cell yang mempunyai luas cakupan lebih kecil, hal ini berarti beban trafic dapat dibagi dengan cell baru tersebut.
d. Cakupan area yang lebih luas.
e. Kualitas suara yang lebih baik, karena dengan sistem digital maka kualitas suara dihasilkan akan semakin jernih. Sistem analog menggunakan frekuensi rendah rawan dengan gangguan frekuensi dari luar, sedangkan dengan sistem digital yang digunakan pada sistem komunuikasi seluler menggunakan frekuensi tinggi yang lebih tahan terhadap gangguan frekuensi dari luar sehingga kualitas suara lebih baik.
f. Memiliki berbagai fasilitas kemudahan diantaranya pengiriman teks, penitipan pesan suara, pengalihan panggilan dll.

Global System For Mobile Communication (GSM)
GSM adalah sistem komunikasi bergerak yang berdasarkan pada teknologi seluler digital, dengan Subcriber Identity Module (SIM) card sebagai identitas pelanggan, dimana pelanggan dapat bergerak secara bebas didalam ara layanan jaringan tersebut tanpa mengalami pemutusan panggilan dan mampu menyediakan pelayanan seluas-luasnya baik voice atau nonvoice, memberikan kesesuaian akses ke semua jaringan GSM. Memberikan fasilitas roaming otomatis, registrasi dan locating updating bagi pelanggan yang bergerak, memberikan layanan dengan level kualitas yang lebih baik, dan sebagainya.
Latar Belakang GSM
Konsep sistem komunikasi bergerak seluler diperkenalkan oleh Bell Labs dan dilakukan studi di berbagai tempat didunia selama tahun 70-an. Di Amerika sistem seluler yang pertama yaitu Advance Mobile Phone (AMPS) yang dioperasikan pada tahun 1997.
Dinegara–negara Eropa Utara secara bersama-sama oleh beberapa Negara manufaktur membuat Nordic Mobile Telephone (NMT) yang ditujukan untuk daerah cakupan skindinavia. Sistem tersebut mulai dioperasikan di Swedia pada September 1981 dan selanjutnya di Norwegia, Denmark dan Finlandia.
Jaringan-jaringan yang didasarkan pada kedua spesifikasi ini (AMPS dan NMT) digunakan diseluruh dunia pada awal tahun 90-an, dimana salah satu dari sitem ini lebih dominan digunakan. Contohnya sistem Total Access Communication System (TACS) yang merupakan turunan dari AMPS yang digunakan di Ingris pada tahun 1985.
Syarat utama sistem radio umum adalah bandwidth radio. Kondisi ini telah diketahui sebelum tahun 1978, ketika diputuskan untuk menggunakan band frekuensi dua kali 25 MHz di sekitar 900 MHz untuk komunikasi bergerak di Eropa. Tahun 1982 dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis, maka Conference Europance d’Administration de Post et Telecommunication (CEPT) menetapkan GSM sebagai standar digital seluler untuk Eropa. Dan tahun 1985 Jerman, Prancis, Italia dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM. Tahun 1987 di tanda tangani Memorandum Of Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa.
Walaupun standarisasi GSM baru saja terselesaikan dan pengoperasiannya baru saja dimulai bahkan sebelum merata ke seluruh Eropa, namun dengan mengantisipasi perkembangan GSM yang sangat pesat serta tingkat kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah perkembangan teknologi GSM adalah 1800, yakni Digital Celuler System pada alokasi frekuensi 1.800 MHz. Dengan frekuensi tersebut akan dicapai kapasitas pelanggan yang semakin besar per satuan cell. Akhirnya pada tahun 1991 nama GSM dipakai sebagai trade mark komersial system komunikasi begerak Eropa pada frekuensi 900 MHz yang dikenal dengan Global System For Mobile Communication (GSM).



Dari GSM ke WCDMA
Setelah generasi kedua sukses di pasaran, komunikasi bergerak kemudian masuk menuju generasi ketiga. Namun, sebelum masuk ke generasi yang memiliki kemampuan multimedia secara penuh ini, kunci awalnya adalah penggunaan GPRS.
Teknik transmisi data yang ada pada generasi kedua (GSM) saat ini terbatas pada komunikasi suara, hal ini dikarenakan kanal radio yang bersifat tunggal dan berkecepatan rendah, senantiasa harus diperuntukkan khusus bagi pengguna data selama durasi komunikasi (dedicated), misalnya untuk SMS 9,6 kbps. Teknik circuit swithing tersebut akhirnya akan menyebabkan reduksi atau pengurangan kapasitas sistem secara keseluruhan dan memboroskan lebar pita, sementara itu GPRS yang menggunakan teknik packet switching memungkinkan semua pengguna dalam sebuah sel dapat berbagi sumber-sumber yang sama, dengan kata lain para user dapat menggunakan spektrum radio hanya ketika mengakses data.
Struktur GPRS hampir sama dengan GSM, hanya saja bit rate yang digunakan dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada GSM yaitu sebesar 115 kbps. Dengan demikian, Base Station Subsystem (BSS) yang sudah ada akan menyediakan cakupan GPRS lengkap mulai dari ujung jaringan. Namun, dibutuhkan sebuah perangkat jaringan fungsional baru, yaitu Packet Control Unit (PCU) yang berfungsi sebagai pengatur segmentasi paket, akses kanal radio, kesalahan-kesalahan transmisi dan mengontrol daya. Penyebaran jaringan GPRS adalah dimulai dengan pengenalan sebuah subsistem jaringan tumpangan baru yang disebut Network SubSystem (NSS), dimana memiliki dua elemen jaringan baru, yaitu Serving GPRS Support Node (SGSN) dan Gateway GPRS Support Node (GGSN).
Teknologi EDGE (Enhanced Data Rates for Global Evolution) merupakan teknologi lanjutan dari GPRS yang memiliki kecepatan data tiga kali lebih besar dibanding dengan teknologi GPRS yaitu sebesar 384 kbps.

Komunitas GSM membuat transisi ke 3G dalam 3 fase berbeda:
1. Menambah jaringan radio packet sebagai sebuah overlay pada struktur eksisting.
2. Mengganti BS dan BSC dengan sub-network UTRA (Universal Terrestrial Radio Access)
3. Memperkenalkan handset UMTS (Universal Mobile telecommunication System) beserta SIM
            Dalam Hukum 30 tahun yang dikemukakan Saffo, ia memasukan unsur-unsur dari karya akademisi media Everett Rogers awal tahun 1980-an. Rogers memformulasikan sebuah penjelasan tentang proses bagaimana berbagai inovasi diadopsi dan diimplementasikan dalam sebuah masyarakat, yang disebutnya sebagai teori difusi (diffusion theory). Dia mengemukakan bahwa ciri-ciri sebuah inovasi sebagaimana yang dirasakan msyarakat menentukan tingkat pengadopsiannya. Adal lima sifat inovasi yang ditekankan oleh Rogers, yaitu 1. Keuntungan relative, 2. Kesesuaian, 3. Kompleksitas, 4. Ketepercayaan dan, 5. Kelaziman  (Rogers, 1986)
Pengadopsian atas telepon selular sejak diperkenalkan di awal tahun  1980-an yang kemudian menyebar dengan cepat dalam waktu 10 tahun sehingga menerobos pasar konsumen, memberikan sebuah contoh pelajaran tentang bagaimana kelima sifat itu terpenuhi. Namun, untuk memahami proses pengadosian ini, kita perlu mengetahui beberapa hal tentang teknologi selular.
Komunikasi selular hanyak salah satu dari sekian banyak layanan yang dimungkinkan karena adanya pengintegrasian komunikasi dengan computer. Di Amerika Serikat, system-sistem pemutaran nomor telepon telah dikomputerisasi sejak tahun 1960-an, namun hal ini tidak dipergunakan sampai perusahaan telekomunikasi AT&T bubar 2 dekade kemusian dan perusahaan-perusahaan telepon mulai menerapkan cara baru daan berbedaa dalam memutar nomor telepon.
Teknologi selular, yang tergantung pada banyak stasiun pemancar dan penerima berkekuatan rendah dengan daerah-daerah layanannya yang tumpang tindih atau disebut sel-sel, membuka pasar telepon mobil yang secara signifikan menurunkan jumlah gelombang radio yang dibutuhkan untuk komunikasi tanpa kabel. Dengan radio-telepon, pasar selalu dibatasi oleh kelangkaan frekuensi yang dapat diberikan kepada para pelanggan. Karena dapat memakai frekuensi yang sama secara berulang-ulang, system-sistem selular mampu menyediakan akses benar-benar kepada setiap orang.
Keuntungan Relatif,berbagai keuntungan relative yang dirasakan dari telepon selular tanpa kabel yang mengungguli telepon kabel dan telepon-radio kian bertambah karena mobilitas dan efisiensinya yang lebih besar. Berbeda dengan yang disambungkan pada jalur telepon di sebuah gedung atau telepon standar yang bisa dibawa, namun harus dilengkapi kotak baterai besar dengan pemancar dan penerima gelombang radio, ponsel yang ringan dan tampak kompak dapat dibawa di dalam saku jaket atau dompet. Kebebasan untuk mengirim dan menerima panggilan telepon dari mobil, restoran, sudut jalan, atau bahkan ketika mendaki gunung, dalam waktu singkat dipandang sebagai kebutuhan mendasar dan dapat menghemat waktu yang memang besar artinya bagi para pedagang dan orang-orang yang merasa perlu untuk bisa dihubungi sewaktu-waktu. Telepon selular menambah rasa nyaman dan aman.
Kesesuaian, karena layanan selular terhubung dengan jaringan telepon yang sudah ada dan menggunakan dialing standar, komnukasi antara ponsel dan telepon kabel dirasa relative tanpa hambatan. Telepon baterai, terutama yang digunakan di rumah-rumah, juga mengalami booming pada tahun-tahun belakangan dan memperluas penerimaan atas telepon tanpa kabel.
Kompleksibilitas. Penggunaan ponsel sama dengan penggunaan telepon kabel biasa. Ponsel dapat digunakan tanpa pelatihan khusus atau modifikasi-modifikasi tertentu untuk segera dapat memahami prosedur-prosedur atau cara-caranya. Secara keseluruhan, tingkat kompleksitasnya pada umumnya dirasa cukup rendah.
Kepercayaan. Sebelum stasiun-stasiun pemancar dan penerima telepon seluler  akhirnya berhasil menjangkau hampir semua daerah pada penduduk di awal tahun 1990-an, para pelanggan seringkali dibuat frustasi oleh berbagai gangguan yang menjengkelkan dalam komunikasi seluler dan oleh berbagai keterbatasan kemampuan mereka dalam menggunakan telepon itu. Namun, sejak saat itu, sebagian besar masyarakat nulai merasakan komunikasi seluler sebagai sesuatu yang relative lumrah di mana-mana dan dapat diandalkan. Namun, dengan semakin populernya ponsel diseluruh dunia, kurangnya system pengamanan untuk melindungi provasi dan mencegah pembajakan kode indentifikasi ponsel melahirkan banyak perhatian baru berkaitan dengan masalah keterpercayaan yang perlu segera dipecahkan.
Kelaziman. Cerita-cerita mengenai teknologi selular dalam media mainstream selama tahun 1980-an membantu member informasi dan menarik perhatian masyarakat tentang inovasi ini, namun keputusan untuk memakai atau menolaknya, dalam pandangan Roger, amat dipengaruhi oleh kontak-kontak dengan para pengguna awal, jaringan-jaringan antarperibadi, dan pengamatan terhadap orang yang benar-benar menggunakan ponsel. Rogers menangkap kesan bahwa semakin sering orang terlihat menggunakan teknologi baru dan dirasa mendapatkan keuntungan darinya, maka semakin besar kemungkinannya bagi seoraang untuk membentuk atau mengubah sikap berkaitan dengan kebutuhannya untuk memakai teknologi tersebut.  

Reference :
Everett M. Rogers, Communication Technology: The New Media in Society, New York, Free Press, 1986
Roger Fidler. Mediamorfosis. Yogyakarta, Bentang Ilmu. 2003
Daniel Handoko (55211110010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar