Komunikasi
bergerak didefinisikan sebagai komunikasi antara dua terminal dimana
salah satu atau keduanya berpindah tempat. Dalam hal ini perpindahan
yang dimaksud terjadi pada sistem komunikasi radio yang tidak
menggunakan kabel sebagai media transmisi (wireless). Sifat dari sistem
komunikasi bergerak ini adalah kemampuan dari pelanggan untuk dapat
bergerak bebas didalam wilayah pelayanan dan dapat terus berkomunikasi
terus tanpa terjadi pemutusan hubungan. Pada sistem ini, setiap pesawat
bergerak dianggap sama seperti pesawat telepon biasa yang mempunyai
nomor sendiri. Sistem ini tidak hanya melakukan panggilan didalam suatu
wilayah tertentu tetapi juga harus dapat berhubungan dengan pesawat lain
yang ada di wilayah lain di seluruh dunia.
Konsep Sistem Komunikasi Bergerak
Ditinjau
dari segi daerah jangkauan (coverage), maka sistem telekomunikasi
bergerak dapat dibedakan menjadi sistem analog dan sistem digital. Pada
sistem analog Base Station Control (BSC) melayani wilayah yang luas dan
keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal switching,
charging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya yaitu :
-
Kemampuan pelayanan terbatas, sehingga daya yang dipancarkan harus
besar dan antena harus tinggi. Selain itu area pelayanan dibatasi oleh
kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang melakukan pembicaraan dan
keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena
tidak memiliki fasilitas handover dan harus melakukan pemanggilan ulang.
- Unjuk kerja pelayanan kurang baik karena jumlah kanalnya sedikit sehingga jumlah pelanggan terbatas.
-
Tidak efisien dalam penggunaan frekuensi karena tidak menggunakan
pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang dialokasikan pada
setiap cell akan kecil.
Untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan sistem komunikasi bergerak analog ini,
diciptakan sistem digital, dimana dalam sistem ini daerah pelayanan
dibagi menjadi beberapa wilayah pelayanan yang lebih kecil yang disebut
cell. Cell adalah area cakupan (coverage area) dari Radio Base Station. Dimana cell
menunjukkan cakupan sinyal dan juga cell digunakan untuk mempermudah
penggambaran pada layout perencanaan. Setiap cell dilayani oleh sebuah
Base Transceiver Station (BTS), dan satu BTS dengan BTS dari
masing-masing cell saling berhubungan dan dikendalikan oleh Base Station
Control (BSC).
Prinsip dasar dari arsitektur sistem digital adalah :
1. Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan daerah cakupan yang kecil.
2. Menggunakan prinsip pengulangan frekuensi.
3. Pemecahan cell pada cell yang padat dengan pelanggan.
Gambar dibawah ini menunjukkan model umum dari suatu jaringan seluler :
sumber gambar : http://ismailkarim86.wordpress.com/category/umum/page/2/
Dalam
sistem komunikasi bergerak daerah penerima atau daerah layanan
keseluruhan dibagi menjadi beberapa cell. Sistem ini memiliki banyak
keuntungan dibanding dengan sistem analog, yaitu :
a.
Kapasitas pelanggan besar karena setiap pembawa tentunya mempunyai
lebar band tertentu satu kanal. Dalam sistem GSM kanal pembawa merupakan
kombinasi dari Frequency Division Multiple Access (FDMA) dan Time
Division Multiple Access (TDMA) sehingga mempunyai kanal yang lebih
banyak dibanding dengan sistem analog yang hanya menggunakan sistem
FDMA, juga dengan diberlakukanya sistem pengulangan frekuensi, maka
alokasi frekuensi pembawa dalam cell-cell semakin menambah kapasitas
kemampuan pelanggan.
b.
Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip
pengulangan frekuensi. Konsep pengulangan frekuensi merupakan
pengalokasian ulang suatu frekuensi pembawa pada cell setelah mencapai
jarak pisah tertentu, dengan efisiensi pita frekuensi kapasitas akan
semakin besar.
c.
Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau
trafik karena cell dapat dipecah. Apabila suatu area dengan luas cakupan
tertentu telah mencapai tingkat kepadatan yang tinggi, maka masalah ini
dapat diatasi salah satunya dengan pemecahan cell, yang mana proses
pemecahan cell ini merupakan proses menambah atau mengganti cell semula
dengan cell- cell yang mempunyai luas cakupan lebih kecil, hal ini
berarti beban trafic dapat dibagi dengan cell baru tersebut.
d. Cakupan area yang lebih luas.
e.
Kualitas suara yang lebih baik, karena dengan sistem digital maka
kualitas suara dihasilkan akan semakin jernih. Sistem analog menggunakan
frekuensi rendah rawan dengan gangguan frekuensi dari luar, sedangkan
dengan sistem digital yang digunakan pada sistem komunuikasi seluler
menggunakan frekuensi tinggi yang lebih tahan terhadap gangguan
frekuensi dari luar sehingga kualitas suara lebih baik.
f. Memiliki berbagai fasilitas kemudahan diantaranya pengiriman teks, penitipan pesan suara, pengalihan panggilan dll.
Global System For Mobile Communication (GSM)
GSM
adalah sistem komunikasi bergerak yang berdasarkan pada teknologi
seluler digital, dengan Subcriber Identity Module (SIM) card sebagai
identitas pelanggan, dimana pelanggan dapat bergerak secara bebas
didalam ara layanan jaringan tersebut tanpa mengalami pemutusan
panggilan dan mampu menyediakan pelayanan seluas-luasnya baik voice atau
nonvoice, memberikan kesesuaian akses ke semua jaringan GSM. Memberikan
fasilitas roaming otomatis, registrasi dan locating updating bagi
pelanggan yang bergerak, memberikan layanan dengan level kualitas yang
lebih baik, dan sebagainya.
Latar Belakang GSM
Konsep
sistem komunikasi bergerak seluler diperkenalkan oleh Bell Labs dan
dilakukan studi di berbagai tempat didunia selama tahun 70-an. Di
Amerika sistem seluler yang pertama yaitu Advance Mobile Phone (AMPS)
yang dioperasikan pada tahun 1997.
Dinegara–negara
Eropa Utara secara bersama-sama oleh beberapa Negara manufaktur membuat
Nordic Mobile Telephone (NMT) yang ditujukan untuk daerah cakupan
skindinavia. Sistem tersebut mulai dioperasikan di Swedia pada September
1981 dan selanjutnya di Norwegia, Denmark dan Finlandia.
Jaringan-jaringan
yang didasarkan pada kedua spesifikasi ini (AMPS dan NMT) digunakan
diseluruh dunia pada awal tahun 90-an, dimana salah satu dari sitem ini
lebih dominan digunakan. Contohnya sistem Total Access Communication
System (TACS) yang merupakan turunan dari AMPS yang digunakan di Ingris
pada tahun 1985.
Syarat
utama sistem radio umum adalah bandwidth radio. Kondisi ini telah
diketahui sebelum tahun 1978, ketika diputuskan untuk menggunakan band
frekuensi dua kali 25 MHz di sekitar 900 MHz untuk komunikasi bergerak
di Eropa. Tahun 1982 dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis, maka
Conference Europance d’Administration de Post et Telecommunication
(CEPT) menetapkan GSM sebagai standar digital seluler untuk Eropa. Dan
tahun 1985 Jerman, Prancis, Italia dan Inggris bersatu untuk
mengembangkan standarisasi GSM. Tahun 1987 di tanda tangani Memorandum
Of Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa.
Walaupun
standarisasi GSM baru saja terselesaikan dan pengoperasiannya baru saja
dimulai bahkan sebelum merata ke seluruh Eropa, namun dengan
mengantisipasi perkembangan GSM yang sangat pesat serta tingkat
kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah perkembangan
teknologi GSM adalah 1800, yakni Digital Celuler System pada alokasi
frekuensi 1.800 MHz. Dengan frekuensi tersebut akan dicapai kapasitas
pelanggan yang semakin besar per satuan cell. Akhirnya pada tahun 1991
nama GSM dipakai sebagai trade mark komersial system komunikasi begerak
Eropa pada frekuensi 900 MHz yang dikenal dengan Global System For
Mobile Communication (GSM).
Dari GSM ke WCDMA
Setelah
generasi kedua sukses di pasaran, komunikasi bergerak kemudian masuk
menuju generasi ketiga. Namun, sebelum masuk ke generasi yang memiliki
kemampuan multimedia secara penuh ini, kunci awalnya adalah penggunaan
GPRS.
Teknik
transmisi data yang ada pada generasi kedua (GSM) saat ini terbatas
pada komunikasi suara, hal ini dikarenakan kanal radio yang bersifat
tunggal dan berkecepatan rendah, senantiasa harus diperuntukkan khusus
bagi pengguna data selama durasi komunikasi (dedicated), misalnya untuk SMS 9,6 kbps. Teknik circuit swithing
tersebut akhirnya akan menyebabkan reduksi atau pengurangan kapasitas
sistem secara keseluruhan dan memboroskan lebar pita, sementara itu GPRS
yang menggunakan teknik packet switching memungkinkan semua pengguna dalam sebuah sel dapat berbagi sumber-sumber yang sama, dengan kata lain para user dapat menggunakan spektrum radio hanya ketika mengakses data.
Struktur GPRS hampir sama dengan GSM, hanya saja bit rate yang digunakan dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada GSM yaitu sebesar 115 kbps. Dengan demikian, Base Station Subsystem (BSS)
yang sudah ada akan menyediakan cakupan GPRS lengkap mulai dari ujung
jaringan. Namun, dibutuhkan sebuah perangkat jaringan fungsional baru,
yaitu Packet Control Unit (PCU) yang berfungsi sebagai pengatur
segmentasi paket, akses kanal radio, kesalahan-kesalahan transmisi dan
mengontrol daya. Penyebaran jaringan GPRS adalah dimulai dengan
pengenalan sebuah subsistem jaringan tumpangan baru yang disebut Network SubSystem (NSS), dimana memiliki dua elemen jaringan baru, yaitu Serving GPRS Support Node (SGSN) dan Gateway GPRS Support Node (GGSN).
Teknologi EDGE (Enhanced Data Rates for Global Evolution)
merupakan teknologi lanjutan dari GPRS yang memiliki kecepatan data
tiga kali lebih besar dibanding dengan teknologi GPRS yaitu sebesar 384
kbps.
Komunitas GSM membuat transisi ke 3G dalam 3 fase berbeda:
1. Menambah jaringan radio packet sebagai sebuah overlay pada struktur eksisting.
2. Mengganti BS dan BSC dengan sub-network UTRA (Universal Terrestrial Radio Access)
3. Memperkenalkan handset UMTS (Universal Mobile telecommunication System) beserta SIM
Dalam Hukum 30 tahun yang dikemukakan Saffo, ia memasukan
unsur-unsur dari karya akademisi media Everett Rogers awal tahun
1980-an. Rogers memformulasikan sebuah penjelasan tentang proses
bagaimana berbagai inovasi diadopsi dan diimplementasikan dalam sebuah
masyarakat, yang disebutnya sebagai teori difusi (diffusion theory).
Dia mengemukakan bahwa ciri-ciri sebuah inovasi sebagaimana yang
dirasakan msyarakat menentukan tingkat pengadopsiannya. Adal lima sifat
inovasi yang ditekankan oleh Rogers, yaitu 1. Keuntungan relative, 2.
Kesesuaian, 3. Kompleksitas, 4. Ketepercayaan dan, 5. Kelaziman (Rogers, 1986)
Pengadopsian atas telepon selular sejak diperkenalkan di awal tahun 1980-an
yang kemudian menyebar dengan cepat dalam waktu 10 tahun sehingga
menerobos pasar konsumen, memberikan sebuah contoh pelajaran tentang
bagaimana kelima sifat itu terpenuhi. Namun, untuk memahami proses
pengadosian ini, kita perlu mengetahui beberapa hal tentang teknologi
selular.
Komunikasi
selular hanyak salah satu dari sekian banyak layanan yang dimungkinkan
karena adanya pengintegrasian komunikasi dengan computer. Di Amerika
Serikat, system-sistem pemutaran nomor telepon telah dikomputerisasi
sejak tahun 1960-an, namun hal ini tidak dipergunakan sampai perusahaan
telekomunikasi AT&T bubar 2 dekade kemusian dan
perusahaan-perusahaan telepon mulai menerapkan cara baru daan berbedaa
dalam memutar nomor telepon.
Teknologi
selular, yang tergantung pada banyak stasiun pemancar dan penerima
berkekuatan rendah dengan daerah-daerah layanannya yang tumpang tindih
atau disebut sel-sel, membuka pasar telepon mobil yang secara signifikan
menurunkan jumlah gelombang radio yang dibutuhkan untuk komunikasi
tanpa kabel. Dengan radio-telepon, pasar selalu dibatasi oleh kelangkaan
frekuensi yang dapat diberikan kepada para pelanggan. Karena dapat
memakai frekuensi yang sama secara berulang-ulang, system-sistem selular
mampu menyediakan akses benar-benar kepada setiap orang.
Keuntungan Relatif,berbagai
keuntungan relative yang dirasakan dari telepon selular tanpa kabel
yang mengungguli telepon kabel dan telepon-radio kian bertambah karena
mobilitas dan efisiensinya yang lebih besar. Berbeda dengan yang
disambungkan pada jalur telepon di sebuah gedung atau telepon standar
yang bisa dibawa, namun harus dilengkapi kotak baterai besar dengan
pemancar dan penerima gelombang radio, ponsel yang ringan dan tampak
kompak dapat dibawa di dalam saku jaket atau dompet. Kebebasan untuk
mengirim dan menerima panggilan telepon dari mobil, restoran, sudut
jalan, atau bahkan ketika mendaki gunung, dalam waktu singkat dipandang
sebagai kebutuhan mendasar dan dapat menghemat waktu yang memang besar
artinya bagi para pedagang dan orang-orang yang merasa perlu untuk bisa
dihubungi sewaktu-waktu. Telepon selular menambah rasa nyaman dan aman.
Kesesuaian, karena layanan selular terhubung dengan jaringan telepon yang sudah ada dan menggunakan dialing standar,
komnukasi antara ponsel dan telepon kabel dirasa relative tanpa
hambatan. Telepon baterai, terutama yang digunakan di rumah-rumah, juga
mengalami booming pada tahun-tahun belakangan dan memperluas penerimaan atas telepon tanpa kabel.
Kompleksibilitas. Penggunaan
ponsel sama dengan penggunaan telepon kabel biasa. Ponsel dapat
digunakan tanpa pelatihan khusus atau modifikasi-modifikasi tertentu
untuk segera dapat memahami prosedur-prosedur atau cara-caranya. Secara
keseluruhan, tingkat kompleksitasnya pada umumnya dirasa cukup rendah.
Kepercayaan. Sebelum stasiun-stasiun pemancar dan penerima telepon seluler akhirnya
berhasil menjangkau hampir semua daerah pada penduduk di awal tahun
1990-an, para pelanggan seringkali dibuat frustasi oleh berbagai
gangguan yang menjengkelkan dalam komunikasi seluler dan oleh berbagai
keterbatasan kemampuan mereka dalam menggunakan telepon itu. Namun,
sejak saat itu, sebagian besar masyarakat nulai merasakan komunikasi
seluler sebagai sesuatu yang relative lumrah di mana-mana dan dapat
diandalkan. Namun, dengan semakin populernya ponsel diseluruh dunia,
kurangnya system pengamanan untuk melindungi provasi dan mencegah
pembajakan kode indentifikasi ponsel melahirkan banyak perhatian baru
berkaitan dengan masalah keterpercayaan yang perlu segera dipecahkan.
Kelaziman. Cerita-cerita mengenai teknologi selular dalam media mainstream selama
tahun 1980-an membantu member informasi dan menarik perhatian
masyarakat tentang inovasi ini, namun keputusan untuk memakai atau
menolaknya, dalam pandangan Roger, amat dipengaruhi oleh kontak-kontak
dengan para pengguna awal, jaringan-jaringan antarperibadi, dan
pengamatan terhadap orang yang benar-benar menggunakan ponsel. Rogers
menangkap kesan bahwa semakin sering orang terlihat menggunakan
teknologi baru dan dirasa mendapatkan keuntungan darinya, maka semakin
besar kemungkinannya bagi seoraang untuk membentuk atau mengubah sikap
berkaitan dengan kebutuhannya untuk memakai teknologi tersebut.
Reference :
Everett M. Rogers, Communication Technology: The New Media in Society, New York, Free Press, 1986
Roger Fidler. Mediamorfosis. Yogyakarta, Bentang Ilmu. 2003
Daniel Handoko (55211110010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar